Kalau perempuan tidak ber-media sosial: bijak dalam berperan yuk sodari

Uniiyani SD

Assalammu’alaikum kamU~

Walau di judul bahasan kali ini tertulis ‘perempuan’, aku tak larang kamu yang lelaki lanjut baca ini. Mana tahu bisa jadi bahan diskusi dan pembelajaran bersama perempuan-perempuan yang kita sayang, kan 🙂

Perempuan: kenapa menyoroti gender lagi (dan lagi)?

Bukan untuk membedakan atau menyamakan kedudukan perempuan dan lelaki, maksudku siapa yang lebih dari siapa. Dikarenakan 17 Oktober lalu, aku dan #BCCSquad hadir di Seminar Sehari-nya program Bimas (bimbingan masyarakat) Islam, Kementian Agama, sini ku infokan yang dibahas.

Jika tak ditanya pun, kamu tidak bisa untuk tidak setuju bahwa hidupmu dipengaruhi peran perempuan yang beragam, kan. Untuk di dalam keluarga saja, ada peran ibu, kakak perempuan, tante, nenek dan lainnya.

Lalu orang yang sama akan punya peran tambahan di luar rumah, entah berprofesi sebagai karyawan, pegawai, dan pekerjaan lainnya yang nantinya hubungan sosial antar manusia terjalin lebih jauh.

Dengan seiring perubahan cara hidup kita ini tanggung jawab dalam tiap peran pun berubah. Istilahnya, ‘physical space’ dan ‘cyber space’, yang bisa kita pahami bahwa cara hidup kita di dunia nyata dan maya saling berkait pun berangsur melebur.

Kita tak lepas dari berinternet dan bermedia sosial, dan akhir-akhir ini kasus yang berasal dari perempuan dan medsos-nya layak untuk lebih diperhatikan agar jadi pelajaran untuk masa depan.

Yang tersoroti kini, bagaimana kalimat-kalimat yang ‘menyinggung’ dipasang untuk berkomentar di media sosial si-istri menjadi penyebab si-suami dihentikan dari jabatan. Di kasus ini, efek buruknya pada keluarga, kan.

Ada juga dari data perceraian, penyebabnya dipicu oleh perselingkuhan pasangan yang kembali pada kekasih masa lalu-nya setelah bertemu lewat medsos. Si istri, si suami serta anak-anak jadi punya hubungan yang bermasalah sehingga akan terbawa ke pergaulan.

Internet bersama media sosial: perlakukan layaknya pisau

Dulu pepatah yang kita sering dengarkan: ‘Mulutmu-Harimaumu’, kini bertambah dengan sambungan ‘Jarimu-Harimaumu’.

Lalu hubungan dengan pisau? Perumpamaan saat ini jadikan si pisau sebagai alat, penolong usaha dalam memotong sesuatu.

Pemerintah sudah punya program untuk kita menjadikan alat penolong diri. Ada situs dan kontak untuk kita bisa melapor, cek foto dibawah:

Tentang seminar sehari; perempuan dan media sosial ini bisa juga kamu baca di blognya #BCCSquad.
Salam~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *