Inklusif Terkait Penangulangan Bencana: OYPMK dan Penyandang Disabitas Perlu Dibersamai
Halooo U~
Lagi-lagi, menarik rasanya menyimak talkshow yang diadakan di Ruang Publik KBR. Apalagi akses untuk mendengar secara streaming mudah.
Pada 29 November 2022, topik yang dibahas yaitu “Penangulangan Bencana Inklusif Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas”.
Dua narasumber yang dihadirkan adalah Drs. Pangarso Suryotomo, yang merupakan Direktur Direktorat Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Bejo Riyanto, sebagai Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA).
Bencana Alam khas Indonesia dan Penangulangannya
Lahir, tumbuh besar dan tinggal di tanah air Indonesia berarti familiar dengan segala bencana yang terjadi. Potensi bencana alam terbilang besar di bumi pertiwi ini.
Ambil contoh beberapa waktu belakangan. Ada gempa bumi di Cianjur. Erupsi gunung di Simeru. Banjir serta longsor di banyak daerah berpenduduk. Tsunami dan lainnya.
Istilah rawan bencana disandang Indonesia terkait letak geografisnya, keadaan alam yang menyertai posisi. Sehingga perlu bagi semua orang untuk siap siaga jikalau bencana terjadi yang seringnya secara tiba-tiba.
Secara data, Bapak Pangarso menyebutkan angka meninggal karena bencana di Indonesia masuk dalam urutan sepuluh besar.
Dari hal tersebut, warga dan pemerintah perlu meningkatkan kemampuan dalam menghadapi situasi bencana yang pasti akan selalu ada karena potensinya yang besar. Sebab terhubung dengan kemanusiaan, pentingnya nyawa dan kehidupan.
Butuh kerjasama antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB dengan berbagai pihak, termasuk Penyandang Disabilitas dan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta.
Ketika bencana alam terjadi, itu tidak akan pilah-pilih manusia mana yang akan jadi korban. Semua orang yang ada disana akan terkena dampaknya.
Paling-paling yang berbeda adalah pada besar-kecilnya efek yang didapatkan masing-masing orang.
Terkait dengan hal tersebut, ada kepanikan, kebingungan, ketidaktahuan harus melakukan apa saat mengalami situasi bencana memperparah kondisi manusia-nya terhadap lingkungan yang baru saja rusak itu.
Memang wajar berada dalam perasaan dan keadaan yang buruk karena bencana, tapi jangan sampai terlarut.
Setiap manusia dibekali kemampuan bertahan hidup saat dilahirkan dulu. Disertai akal, pikiran dan insting untuk menyelamatkan diri dari hal-hal yang mengancam keselamatannya.
Termasuk orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik. Baik disabilitas dalam berbagai kategori dan OYPMK.
Demi meminimalisir hal buruk yang berpotensi, ilmu pengetahuan dan pelajaran yang diambil dari kejadian-kejadian bencana terdahulu disebarluaskan.
Tentu perlu usaha bersama dalam mewujudkan.
Inklusif Dalam Menanggulangi Bencana
Selain kerusakan lingkungan sekitar, dampak bencana alam juga mempengaruhi kesehatan dan kondisi fisik manusia yang jadi korban.
Bagi orang memiliki fisik normal berkemungkinan mendapat situasi bencana parah yang membuatnya menjadi cacat.
Bagi orang yang sudah merupakan penyandang disabilitas, itu memungkinkan untuk terkena kecacatan tambahan. Bisa dobel atau tripel disabilitas.
Pasca bencana, tidak hanya korban yang ada di daerah tersebut sebab sifat alamiah manusia yang peduli sesama dan tolong menolong akan menghadirkan para relawan ke sana.
Orang-orang yang datang tersebut tidak hanya akan membantu secara materil namun juga moril. Termasuk bagaimana para korban yang mendapati takdirnya menjadi disabilitas perlu dukungan mental dari sisi relawan ber-keterbatasan fisik yang sudah terbiasa menjalani hidup dengan kondisi tidak seperti manusia kebanyakan.
Secara poin besar, ini yang harus dilakukan dalam mitigasi- penangulangan bencana inklusif:
PERTOLONGAN
Ada hak ditolong bagi penyandang disabilitas dan OYPMK. Baik pada waktu bencana sedang terjadi maupun pertolongan dalam mengedukasi diri untuk siap siaga menghadapi datangnya kejadian buruk tersebut.
Belajar dari pengalaman bencana terdahulu, orang yang berpengetahuan dan punya bekal ilmu terhadap yang terjadi bisa menolong diri sendiri dan orang lain untuk sama-sama selamat.
PARTISIPASI
Peran banyak orang diperlukan, tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Termasuk partisipasi aktif dalam menyebarluaskan edukasi dan sosialisasi kesiap-siagaan terhadap bencana bersama penyandang disabilitas dan OYPMK.
Salah satu yang dilakukan BNPB bersama Kemendikbud ialah membuat Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) terkait pengetahuan dalam menangani bencana.
PERLINDUNGAN
Rasa dilindungi menjadi hal terpenting menyangkut kondisi mental yang diakibatkan bencana. Peran melindungi ini dilakukan semua orang.
Terlebih bagi penyanndang disabilitas dan OYPMK, keterbatasan fisik yang ada pada dirinya memberi lebih banyak perasaan buruk dan kesulitan daripada yang dihadapi oleh orang yang berfisik normal.
Tiap orang punya ujiannya tersendiri. Sehingga uluran perhatian dan tangan orang yang memahami situasi dapat meringankan beban yang mendadak didapatkan dari bencana.
Stay safe all,
hUg~