Pendidikan di Sekolah untuk Anak-Anak Berkebutuhan Khusus, Disabilitas dan Kusta
Haihalo~
Masa anak-anak harusnya tidak boleh terabaikan oleh sekitarnya dalam bentuk apapun. Kesempatan yang lalu, ada talkshow dari KBR dan NLR mengangkat tema: Pendidikan Bagi Anak Disabilitas dan Kusta.
Narasumber yang hadir yaitu kepala sekolah SDN Rangga Watu bernama Frans Patut, Anselmus Gabies Kartono dari Yayasan Kita Juga (Sankita) serta Ignas Carly yang merupakan siswa kelas 5 di SDN Rangga Watu.
Hak bagi Anak-Anak yang Disebut dengan Mendapatkan Pendidikan
Jika bisa memilih, tentu semua anak ingin mendapati kehidupannya yang bahagia dalam hak-hak mereka dipenuhi dengan sebagaimana mestinya.
Sayangnya hidup memang tidak adil, tidak selalu sesuai dengan keinginan ideal manusia terkait.
Apalagi bagi anak-anak yang belum sampai di tahap paham bagaimana banyak hal berbeda terjadi antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya.
Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK); penyandang disabiltas dan Kusta, terlahir berbeda dan punya keterbatasan dibandingkan dengan anak-anak terlahir normal pada umumnya.
Setiap anak yang hidup dibarengi dengan hak dan kewajiban. Salah satunya hak mendapatkan pendidikan, untuk apapun keadaannya.
Hak pendidikan inklusif diperuntukkan kepada anak berkebutuhan khusus. Yang mana secara data, kasus anak yang menyandang disabilitas dan Kusta masih perlu sangat diperhatikan.
Pada masa lalu, diskriminasi dan stigma buruk terhadap anak-anak berkebutuhaan khusus tersebut berdampak pada perlakuan dan kekerasan yang mereka terima sekaligus itu membatasi perkembangan potensi diri.
Memang ada sekolah khusus untuk para ABK, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun akses untuk bersekolah disana masih belum cukup mudah.
Sehingga sekolah inklusif menjadi cara, jalan keluar. Upaya untuk melaksanakan kewajiban untuk memenuhi hak pendidikan bagi anak-anak.
Sekolah inklusif
Belajar dari pengalaman, SD Negeri Rangga Watu- Kabupaten Manggarai Barat menjadi sekolah inklusif untuk memberi pendidikan kepada ABK usia sekolah sebab keterbatasan akses di daerah.
Berkerja sama dengan Yayasan Kita Juga (Sankita), pihak sekolah memberikan ruang bagi ABK belajar bersama dengan para siswa reguler dan mengusahakan sarana serta segala akomodasi pendukung inklusifitas tersebut.
dengan lebih masif.
Ketika kesempatan dan ruang berkarya diberikan cocok dengan yang bersangkutan, itu akan berdampak baik untuk kehidupannya. Kesetaraan mendapatkan hak memenuhi kebutuhan hidup.